Laut dan pesisir dapat menjadi sumber inspirasi bagi banyak seniman, termasuk di Kalimantan Barat. Dari lukisan klasik hingga instalasi kontemporer, elemen-elemen laut seperti air, hewan laut, dan kehidupan maritim telah mengilhami berbagai karya seni yang penuh makna.
Oleh : Siti Sulbiyah
Laut dan pesisir akan terus menginspirasi seniman untuk menciptakan karya yang tidak hanya estetis tetapi juga memikat secara emosional dan menumbuhkan empati sosial. Melalui karya seni ini, setiap penikmatnya diingatkan akan keajaiban dan kekuatan alam yang tak terbatas serta tanggung jawab untuk menjaganya.
Seperti karya-karya yang ditampilkan dalam Pameran Seni “Merawat Ingatan Warga” yang digelar di Port99, Jalan Kom Yos Soedarso, Pontianak Barat tersebut. Sejumlah karya mulai instalasi interaktif, fotografi, audio visual dan berbagai seni rupa, dihadirkan oleh delapan orang seniman di Kalbar.
Pameran yang digelar 9-12 Mei 2024 itu menghadirkan karya dari delapan orang seniman. Mereka adalah Jessica Wuysang, Teguh Yanu Priyatna, Ayu Murniati, Woituah, M Ridha Alhamdani, Sofia Rahayu, Widy Anggara, dan Priska Yenirianto. Dikuratori Gusti Enda, siapa saja bisa kembali mengingat potongan adegan masa lalu dan refleksi masa depannya.
Inisiasi bersama Pontinesia, Susur Galur, Borneo Embassy dan Ikatan Arsitek Indonesia Kalbar ini menampilkan karya dalam beragam format yang mengambil inspirasi dari laut dan pesisir.
“Ini (karya) adalah gambaran terhadap bagaimana merespon ingatan atau memori kolektif masyarakat,” ucap Gusti Enda, kurator pada pameran tersebut.
Menurutnya, praktik-praktik seni bisa menjadi narasi baru terhadap pengelolaan atau respon isu laut, pesisir, dan kemaritiman. Menurutnya, aktivitas kemaritiman dan pergolakan bangsa telah mengantarkan warga Kalbar menjadi kelompok masyarakat yang multikultur. Di mana lokalitas dijunjung sebagai kotak penyimpan ingatan masa lalu.
“Dan harapan masa depan kini dihadapkan dengan kenyataan krisis ekologi,” tulis Gusti Enda dalam ulasannya.
Pameran seni “Merawat Ingatan Warga” tak hanya memajang sudut pandang seniman dalam memaknai ingatannya tentang alam, lingkungan, dan teknologi-gagasan yang saling terkait dan menjadi inti permasalahan sekitar. Namun juga memperbincangkan cerita dan proses dibalik karya tersebut.
Enda berharap pameran yang mengangkat isu yang berdasarkan karya seniman mempunyai keberpihakan pada masyarakat ini bisa terus dilestarikan. Keberpihakan seniman terhadap isu sosial menurutnya penting untuk dilakukan guna menumbuhkan empati masyarakat maupun stakeholder terkait.
Kisah Inspiratif dari Pemuda Lemukutan
Woituah, salah satu seniman yang berpartisipasi dalam pameran ini mencoba menghadirkan karya seni animasi dan instalasi. Animasi adalah karya utama yang ia buat dalam bentuk video.
Dalam video tersebut, ia menceritakan tentang seorang pemuda sekaligus aktivis lingkungan yang resah dengan terkikisnya terumbu karang di perairan sekitar Pulau Lemukutan.
“Namanya (pemuda, red) adalah Ahmad Wahid, pemuda Lemukutan,” tutur pria yang disapa Izal tersebut.
Pulau Lemukutan adalah salah satu pulau yang terletak di Kalimantan Barat, tepatnya di Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang. Pulau ini terkenal dengan keindahan alamnya yang masih sangat alami dan menjadi destinasi yang menarik bagi para pecinta alam dan wisatawan.
Izal menceritakan, Ahmad mencoba melakukan penanaman terumbu karang dengan teknik transplantasi di Pulau Lemukutan agar ekosistemnya tetap terjaga. Kegiatan konservasi terumbu karang yang dilakukan ini melalui transplantasi karang yang merupakan kegiatan pencangkokan atau pemotongan karang hidup untuk ditanam kembali pada tempat lain. Tujuan dari upaya ini adalah memperbanyak atau memperbaiki tempat yang mengalami kerusakan koral.
Upaya baik dari Pulau Lemukutan ini ceritakan oleh izal dalam bentuk karya seni animasi. “Untuk animasi saya bikin sekitar 300 frame gambar agar bisa bergerak,” tuturnya,
Selain video animasi, Izal juga membuat instalasi seni yang terinspirasi dari teknik transplantasi terumbu karang yang dilakukan di Pulau Lemukutan. Seluruh karya ini ia buat dalam waktu tiga hari saja.
Angkat Kisah dari Pulau Gelam
Dalam dunia seni, konflik bisa menjadi sumber inspirasi yang mendalam bagi seniman dalam menghasilkan karya yang tidak hanya mengedepankan estetika tetapi juga menggugah kesadaran sosial dan politik. Seperti karya Sofia Rahayu, salah satu penyumbang karya dalam pameran seni kali ini.
Ia membuat karya seni tiga dimensi yang menceritakan tentang ancaman pertambangan pasir kuarsa di Pulau Gelam, salah satu pulau yang terletak di selatan Kabupaten Ketapang.
“Pulau gelam ini terdapat konservasi dugong, yang kalau ada tambang pasir dilakukan secara terus menerus dan tidak ada batas, ke depannya dikhawatirkan terjadinya kerusakan habitat,” tutur wanita berumur 24 tahun itu.
Pulau Gelam sendiri berbatasan dengan laut yang menjadi wilayah konservasi bagi tumbuhan maupun hewan, seperti padang lamun, dugong, hingga penyu. (sti)
Source :